Lompat ke konten
Home » Blog » 5 Masalah Keamanan Pangan dan Upaya untuk Mengatasinya

5 Masalah Keamanan Pangan dan Upaya untuk Mengatasinya

  • oleh
Masalah Keamanan Pangan

Keamanan pangan atau istilahnya food safety masih menjadi masalah besar di Indonesia. Kesadaran yang rendah dari konsumen serta praktik produksi yang tidak sesuai standar membuat keadaan semakin buruk.

Berdasarkan data dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan tercatat setidaknya 1.164 kasus keracunan dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

  • Makanan dan Minuman: 806 kasus (69,26%)
  • Obat/NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya): 248 kasus (21,31%)
  • Campuran: 98 kasus (8,42%)
  • Kosmetik: 11 kasus (0,94%)
  • Suplemen Kesehatan: 1 kasus (0,09%)
  • Obat Tradisional: Tidak ada laporan kasus

Catatan: Tidak semua kejadian keracunan dilaporkan secara lengkap, sehingga angka sebenarnya mungkin lebih tinggi.

Dari data di atas, makanan dan minuman menjadi penyumbang terbesar dalam kasus keracunan yaitu sebanyak 69,26% ini menunjukkan bahwa risikonya masih tinggi, sehingga perlu ada pembenahan.

Namun, sebenarnya apa saja masalah keamanan pangan yang banyak terjadi di negara kita? Berikut penjelasan lebih lanjutnya.

5 Masalah Keamanan Pangan, Ini Akar Utamanya

Sebenarnya ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan masalah serius dalam keamanan pangan. Beberapa di antaranya yaitu:

food safety management

1. Praktik Produksi Tidak Sesuai Standar

Pihak pertama yang bertanggung jawab atas masalah keamanan pangan adalah produsen, distributor, pemasok, dan sebagainya.

Tidak sedikit beberapa usaha pangan yang mengabaikan pentingnya memastikan bahwa alat pengolahan bersih, bahan yang digunakan dipilih dengan baik, dan ketentuan lainnya.

Padahal produk yang dibuat nantinya akan dikonsumsi oleh banyak orang, sehingga semestinya ini menjadi prioritas utama.

Perusahaan pangan yang tidak memperhatikan sanitasi di lingkungan produksi dan tidak memenuhi kriteria keamanan produksi pangan perlu memperbaiki standar atau regulasi mereka agar tidak menimbulkan risiko yang lebih besar.

2. Kesadaran Konsumen yang Rendah

Selain produsen, pihak konsumen juga sebenarnya juga perlu untuk berpartisipasi meningkatkan kualitas keamanan pangan.

Tindakan sederhana seperti selalu cek label kemasan, komposisi produk sebelum mengonsumsinya adalah langkah praktis untuk mencegah masalah keamanan pangan seperti keracunan dan sebagainya.

Namun, karena kesadaran yang rendah hanya beberapa orang saja yang benar-benar melakukannya. Padahal hal ini sangat penting untuk mencegah masalah kesehatan yang disebabkan karena kualitas pangan yang buruk atau kadaluarsa tidak layak konsumsi.

3. Menyepelekan Pentingnya Sanitasi Lingkungan Produksi

Kebersihan atau aspek higienis juga masih sering terabaikan. Lingkungan produksi yang kotor bisa meningkatkan risiko penyebaran mikroba dan bakteri yang pada akhirnya membuat makanan dan minuman tercemar.

Standar kebersihan masih perlu perbaikan secara menyeluruh baik di lingkungan pabrik, dapur restoran, atau usaha mikro.

Pada intinya kualitas sanitasi adalah tanggung jawab utama dari produsen untuk memastikan makanan atau minuman ke konsumen higienis dan tidak tercemar.

4. Memilih Bahan Baku Kualitas Buruk

Dalam beberapa kasus, kondisi kegagalan food safety juga bisa disebabkan dari awal bahan bakunya. Produsen mungkin memperoleh produk dengan kualitas buruk di bawah standar.

Umumnya ini terjadi karena ingin menghemat biaya produksi, tetapi tentunya praktik ini adalah hal yang salah.

Karena dengan menggunakan bahan baku kualitas buruk maka pihak produsen mengabaikan keselamatan dan keamanan pangan bagi konsumen.

Beberapa bahan makanan ada yang cenderung mudah basi dan membutuhkan penyortiran ketat. Tanpa memperhatikan hal ini, maka risiko keracunan sulit dihindari.

5. Penyalahgunaan Bahan Kimia Berbahaya

Masih ada kaitannya dengan proses produksi, masalah food safety juga bisa terjadi karena penggunaan bahan kimia berbahaya dalam pembuatannya.

Bahan yang berbahaya tapi masih sering ditambahkan dalam makanan antara lain boraks, formalin, rhodamin B, nitrobenzena, dan masih banyak lagi.

Bahan kimia ini berbahaya dan bisa menyebabkan efek reaksi yang berbeda-beda jika dikonsumsi dalam takaran tertentu. Mulai dari risiko merusak saraf, ginjal, gangguan fungsi hati, masalah pencernaan, dan sebagainya.

Baca juga: Konsultan HACCP Bantu Cegah Pemakaian Zat Berbahaya di Makanan

Bagaimana Cara Mengatasi Masalah Keamanan Pangan?

Untuk mengatasi masalah keamanan pangan, maka semua pihak perlu berpartisipasi sesuai dengan kapasitasnya.

Pertama, perusahaan semestinya menerapkan standar keamanan pangan bisa merujuk pada SNI, ISO, atau SOP internal khusus untuk perusahaan tersebut.

Selain itu, produsen juga wajib berkomitmen untuk tidak menggunakan bahan kimia berbahaya dan memperhatikan kualitas bahan pangan.

Tidak hanya itu, produsen juga perlu memastikan sanitasi kebersihan lingkungan produksi dan peralatan untuk mencegah pencemaran mikroba dan bakteri.

Terakhir, sebagai konsumen maka Anda perlu meningkatkan kesadaran pentingnya keamanan pangan untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga. Perhatikan label kemasan, info komposisi, dan informasi tanggal layak konsumsi.

Dengan memperhatikan hal ini, maka masalah keamanan pangan bisa terselesaikan secara bertahap.

Jika butuh bantuan PT Smart Sertifikasi bisa membantu perusahaan untuk penerapan ISO 22000 (Manajemen Keamanan Pangan) yang memenuhi standar internasional dan nasional. Hubungi kami untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× Ada yang bisa dibantu?